BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1
Masa nifas
2.1.1Pengertian
Masa nifas (puerperium) atau masa post
partum adalah masa masa setelah keluarnya placenta sampai alat-alat reproduksi
pulih seperti sebelum hamil dan secara normal masa nifas berlangsung sampai
enam minggu atau 42 hari berikutnya disertai Batasan waktu masa nifas yang
paling singkat (minimum) tidak ada batas waktunya, bahkan bisa jadi dalam
waktu yang relatif pendek darah sudah keluar, sedangkan batasan maksimumnya
adalah 40 hari.
Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih
kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali
seperti pra-hamil. Lama masa nifas ini 6-8 minggu.
Jadi masa nifas (puerperium) adalah masa
setelah keluarnya placenta sampai alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum
hamil dan secara normal masa nifas berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari.
Tahapan masa nifasdibagi menjadi 3 tahap:
1.
Puerperium dini
Kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.
2.
Puerperium intermedial
Kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8minggu
3.
Remot puerperium
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila
selama hamil atau waktu persalinan mempunyaikomplikasi.Waktu untuk sehat
sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan, tahunan.
Kebijakan program nasional masa nifas
Paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas dilakukan
untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir, dan untuk mencegah, mendeteksi
dan menangani masalah-masalah yang terjadi baik pada ibu maupun bayi.
1.
Kunjungan pertama (6-8 jam setelah persalinan)
1)
Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
2)
Mendeteksi dan merawat penyebablain perdarahan, rujuk
bila perdarahan berlanjut
3)
Memberi konseling pada ibu atau salah satu anggota
keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
4)
Pemberian ASI awal
5)
Membimbing ibu bagaimana tehnik melakukan hubungan
antara ibu dan bayi baru lahir
6)
Mencegah bayi tetap sehat dengan cara mencegah
hipotermi
Petugas kesehatan termasuk bidan yang menolong
persalinan harus tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama
setelah kelahiran atau sampai keadaan ibu dalam kondisi stabil.
2.
Kunjungan kedua (6 hari setelah persalinan)
1)
Memastikan uterus berjalan normal, uterus berkontraksi
kuat, fundus dibawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau
2)
Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau
perdarahan abnormal
3)
Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan
istirahat
4)
Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak
memperlihatkan tanda-tanda penyulit
5)
Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada
bayi, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari
3.
Kunjungan ketiga (2 minggu setelah persalinan)
Sama seperti kunjungan 6 hari
4.
Kunjungan keempat (6 minggu setelah persalinan)
1)
Menayakan pada ibu tentang penyulit yang dialami oleh
ibu maupun bayi
2)
Memberikan konseling untuk KB secara dini
2.1.2Proses laktasi dan menyusui
ASI Ekslusif adalah bayi yang hanya diberi
ASI saja, tanpa tambahan cairan atau makanan apapun sampai umur 6 bulan.
Seperti susu formula, jeruk, madu, air teh dan air putih serta tanpa tambahan
makanan padat seperti pisang, bubur susu, biskuit, bubur nasi dan nasi tim.
Manfaat pemberian ASI Esklusif yaitu:
a.
ASI sebagai nutrisi
b.
ASI sebagai daya tahan tubuh
c.
ASI meningkatkan jalinan kasih sayang
d.
ASI sebagai penghemat biaya obat-obatan
e.
ASI sebagai tenaga
f.
ASI sebagai sarana kesehatan yang murah
g.
ASI dapat menciptakan generaso penerus bangsa yang
tangguh dan berkualitas
Zat kekebalan yang terkandung dalam ASI yaitu:
a.
Faktor bifidus : mendukung proses perkembangan bakteri
yang “menguntungkan” dalam usus bayi, untuk mencegah pertumbuhan bakteri yang
merugikan
b.
Laktoferin: mengikat zat besi dalam ASI sehinggga zat
besi tidak digunakan oleh bakteri pathogen untuk pertumbuhannya
c.
Anti alergi
d.
Mengandung zat anti virus polio
e.
Menjaga pencernaaan dengan membantu pertumbuhan selaput
usus bayi sebagai perisai untuk menghindari zat-zat merugikan yang masuk ke
dalam peredaran darah
Komposisi ASI yaitu :
a.
Kolostrum
a)
Merupakan cairan kental yang pertama kali keluar kental
dengan warna kekuning-kuningan dibanding susu matur
b)
Disekresikan hari ke 1 sampai hari ke 3, bila
dipanaskan akan menggumpal, sedangkan ASI matur tidak
c)
Merupakan pencahar yang ideal untuk membersihkan
mekonium dari usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan salauran pencernaan
makanan bayi bagi makanan yang akan datang
d)
Lebih banyak mengandung karbohidrat, protein, mineral,
antibodi sehingga dapat memberikan perlindungan bagi bayi sampai umur 6 bulan
dibandingkan dengan ASI matur
b.
Air susu masa peralihan
a)
Merupakan ASI peralihan darim kolostrum sampai menjadi
ASI yang maturedisekresi hari ke 4 sampai hari ke 10
b)
Kadar protein makin rendah sedangkan kadar karbohidrat
dan lemak semakin meninggi dan volume juga semakin meningkat
c.
Air susu matur
a)
Merupakan ASI yang disekresi pada hari ke 10 dan
seterusnya, komposisi relatif konstan
b)
Merupakan cairan berwarna putih kekuningan yang
diakibatkan warna dari Ca-casein, riboflavin dan karoten yang terdapat
didalamnya
c)
Tidak menggumpal jika dipanaskan
d)
Terdapat antimicrobial faktor, antara lain: antibody
(kekbalan terhadap infeksi),
protein, hormon-hormon dan lain-lain
Cara-cara yang dapat memperbanyak produksi ASI yaitu :
a.
Bayi menyusu minimal setiap 2 jam bergantian pada kedua
payudara sepuas bayi
b.
Bangunkan bayi, buka baju/bedong yang membuat rasa
gerah, duduklah selama menyusui
c.
Pastikan bayi menyusu dengan posisi yang baik (menempel
pada perut ibunya) dan menelan secara aktif
d.
Susui bayi ditempat tenang dan nyaman dan minumlah
setiap kali menyusui
e.
Tidur bersebelahan/dekat dengan bayi
f.
Ibu meningkatkan istirahat atau minum
a.
Pengeluaran ASI dengan tangan
a)
Cuci tangan sampai bersih
b.
Pengeluaran dengan pompa
2.1.3 Respon orang tua terhadap
bayi baru lahir
1.
Bounding Attachment
Yang dimaksud bounding attachment adalah sentuhan awal atau kontak
kulit antara ibu dan bayi pada menit-menit pertama sampai beberapa jam setelah
kelahiran bayi. Dalam hal ini kontak ayah dan ibu akan menentukan tumbuh
kembang anak menjadi optimal. Pada proses ini terjadi penggabungan berdasarkan
cinta dan penerimaan yang tulus dari orang tua terhadap anaknya dan memberikan
dukungan asuhan dalam perawatannya. Bayi mempelajari lingkungan dengan
membedakan sentuhan dan pengalaman antara benda yang lembut dan yang keras,
sama halnya dengan membedakan suhu panas dan dingin.
2.
Respon Ayah dan Keluarga
a.
Peran ayah saat ini
Calon ayah digambarkan sebagai seseorang yang menunjukkan perhatian
pada kesejahteraan emosional, serta fisik janin dan ibunya.Ia tidak hanya
mempunyai tanggung jawab sebagai orang tua terhadap anak, tetapi dalam kasus
pertama kali menjadi seorang ayah, pria menjalani sebuah transisi peran dengan
model formal yang sangat sedikit. Keterlibatan pria dalam proses kelahiran anak
merupakan fenomena terkini dan mungkin tidak sama dalam setiap budaya.
b.
Respon ayah terhadap bayi dan persiapan mengasuh
Respon setiap ibu dan ayah terhadap bayinya dan terhadap pengalaman
dalam membesarkan anak selalu berbeda karena mencakup seluruh spektrum reaksi
dan emosi, mulai dari kesenangan yang tidak terbatas, hingga dalamnya keputusan
dan duka.
c.
Ikatan awal bayi dan orang tua
Ikatan awal di artikan sebagaimana perilaku orang tua terhadap
kelahiran bayinya pada masa-masa awal.Perilaku ini sangat dipengaruhi oleh
faktor internal dan eksternal. Yang termasuk faktor internal antara lain
bagaimana ia di rawat oleh orang tuanya, bawaan genetiknya, adat istiadat dan
nilai, hubungan antar pasangan, keluarga, orang lain, pengalaman kelahiran.
Faktor eksternal meliputi perawatan yang diterima pada saat kehamilan,
persalinan, responsivitas bayi, keadaan bayi baru lahir.
3.
Sibling Rivalry
Yang dimaksud sibling rivalry adalah adanya rasa persaingan saudara
kandung terhadap kelahiran adiknya. Biasanya hal tersebut terjadi pada anak
usiatoddler (2-3 tahun), yang juga dikenal dengan “usia nakal” pada
anak. Anak mendemonstrasikan sibling rivalrynya dengan berperilaku
tempramental, misalnya menangis keras tanpa sebab, berperilaku ekstrim untuk
menarik orang tuanya, atau dengan melakukan kekerasan terhadap orang tuanya.
2.1.4Perubahan fisiologi masa nifas
1.
Perubahan Sistem Reproduksi
a.
Pengerutan rahim (involusi)
Involusi merupakan suatu proses
kembalinya uterus pada kondisi sebelum hamil. Perubahan ini dapat diketahui
dengan melakukan pemeriksaan palpasi untuk meraba dimana TFU-nya (tinggi fundus
uteri).
b.
Autolysis
Autolysis merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di
dalam otot uteri. Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan otot yang telah
sempat mengendur hingga 10 kali panjangnya dari semula dan lima kali lebarnya
dari sebelum hamil.
c.
Atrofi jaringan
Jaringan yang berproliferasi dengan adanya estrogen dalam junlah
besar, kemudian mengalami atrofi sebagai reaksi terhadap penghentian produksi
estrogen yang menyertai pelepasan plasenta.
d.
Efek oksitoksin (kontraksi)
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah
bayi lahir. Hal tersebut diduga terjadi sebagai respon terhadap penuruna
volume intra uterin yang sangat besar. Kontraksi dan retraksi otot uteri
akan mengurangi suplai darah ke uterus. Proses ini akan membantu mengurangi bekas
luka tempat implantasi plaenta dan mengurangi perdarahan.
e.
Lokhea
Lokhea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas.Lokhea
mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari dalam
uterus.Lokhea mempunyai reaksi basa/alkalis yang dapat membuat organisme
berkembang lebih cepat daripada kondisi asam yang ada pada vagina normal.
Lokhea dibedakan menjadi 4 jenis berdasarkan warna dan waktu keluarnya :
·
Lokhea rubra/merah
Keluar pada hari pertama sampai hari ke 4 masa post partum.
·
Lokhea sanguinolenta
Berwarna merah kecoklatan dan berlendir. Berlangsung dari hari ke 4
sampai hari ke 7 post partum.
·
Lokhea serosa
Lokhea ini berwarna kuning kecoklatan karena mengandung serum,
leukosit, dan robekan jalan lahir. Keluar pada hari ke 7 sampai hari ke
14.
·
Lokhea alba/putih
Lokhea ini mengandung leukosit,sel desidua, sel epitel. Dapat
berlangsung selama 2-6 minggu post partum.
f.
Perubahan pada serviks
Perubahan pada serviks ialah bentuk servik agak menganga sepert
corong segera setelah bayi lahir.Bentuk ini disebabkan oleh corpus uteri yang
dapat mengadakan kontraksi, sedangkan servik tidak berkontraksi sehingga
eolah-olah pada perbatasan antara korpus dan servik berbentuk semacam cincin.
g.
Vulva dan vaginal
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat
besar selama proses melahirkan bayi. Dalam beberapa hari pertama sesudah proses
tersebut, ke dua organ ini tetap dalam keadaan kendur. Serelah 3 minggu vulva
dan vagina kebali pada keadaan tidak hamil.
h.
Perinium
Segera setelah melahirkan, perinium menjadi kendur karena seelumnya
teregang oleh tekanan bayiyang bergerak maju. Pada post natal hari ke 5,
perinium sudah mendapatkan kembali sebagian tonusnya.
2.
Perubahan Sistem Pencernaan
Biasanya ibu akan mengalami konstpasi setelah persalinan. Hal ini
disebabkan karena pada waktu persalinan alat pencernaan mengalami tekanan yang
menyebabkan kolon menjadi kosong, pengeluaran cairan berlebih pada waktu
persalinan, kurangnya cairan dan makanan.
3.
Perubahan Sistem Perkemihan
Setelah proses persalinan berlangsung, biasanya ibu akan sulit untuk
buang air kecil dalam 24 pertama. Kemungkinan penyebab dari keadaan ini adalah
terdapat spasme spinkter dan edema leher kanduung kemih sesudah bagian
ini mengalami tekanan antara kepala janin dan tulang pubis selama persalinan.
4.
Perubahan Sistem Muskuloskeletal
Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah partus. Pembuluh darah
yang berada di antara anyaman otot-otot uterus akan terjepit. Proses ini akan
menghentikan pendarahan setelah plasenta dilahirkan.
5.
Perubahan Sistem Endokrin
Hormon plasenta menurun dengan cepat setelah persalinan. Hormon
pituitary akan meningkat dengan cepat,pada wanita tidak menyusui prolaktin menurun
dalam waktu 2 minggu. Lamanya seorang wanita mendapat menstruasi juga
dipengaruhi oleh faktor menyusui.
6.
Perubahan Tanda Vital
Disini sushu badan ibu akan naik sedikit akibat kerja keras sewaktu
melahirkan, kehilangan cairan dan kelelahan. Denyut nadi sehabis melahirkan
biasanya akan lebih cepat. Tekanan darah biasanya tidak berubah,kemungkinan
tekanan darah akan lebih rendah setelah ibu melahirkan akibat perdarahan.
Keadaan pernapasan selalu berhubungan dengan suhu dan denyut nadi. Bila suhu
dan nadi tidak normal maka ernapasan juga akan mengikutinya.
2.1.5. Proses adaptasi
psikologi ibu masa nifas
1.
Periode Taking in
Periode ini terjadi 1-2 hari sesudah melahirkan. Ibu baru pada
umumnya pasif dan tergantung, perhatiannya tertuju pada kekhawatiran akan
tubuhnya. Ia mungkin akan mengulang-ulang menceritakan pengalamannya waktu
melahirkan.
2.
Periode Taking Hold
Periode ini berlangsung pada hari ke 2-4 post partum. Ibu
menjadi perhatian pada kemampuannya menjadi orang tua yang sukses. Pada masa
ini ibu biasanya agak sensitif dan merasa tidak mahir dalam melakukan
hal-hal tersebut.
3.
Periode Letting Go
Periode ini biasanya terjadi setelah ibu pulang kerumah.Periode ini
pun sangat berpengaruh terhadap waktu dan perhatian yang diberikan oleh
keluarga. Depresi post partum biasanya terjadi pada periode ini.
2.1.6 Kebutuhan dasar ibu masa nifas
1.
Kebutuhan Ibu Menyusui
Kualitas dan jumlah makanan yang di konsumsi akan sangat
mempengaruhi produksi ASI. Ibu menyusui harus mendapatkan tambahan zat makanan
sebesar 800 kkal yang digunakan untuk memproduksi ASI dan untuk aktivitas ibu
sendiri.Pemberian ASI sangat penting karena ASI adalah makanan utama bayi.
Dengan ASI, bayi akan tumbuh sebagai manusia yang sehat.
2.
Ambulasi Dini ( Early Ambulation)
Ambyulasi dini adalah kebijaksanaan untuk selekas mungkin membimbing
pasien keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya untuk berjalan.
3.
Eliminasi : Buang air kecil dan besar
Dalam 6jam pertama post partum, pasien sudah harus dapat buang air
kecil. Semakin lama urine tertahan dalam kandung kemih maka dapat mengakibatkan
kesulitan pada organ perkemihan misalnya infeksi. Dalam 24 jam pasien juga
sudah dapat buang air besar karena semakin lama feses tertahan dalam usus maka
akan semakin sulit buang air besar secara lancar.
4.
Kebersihan Diri
·
Menjaga kebersuhan sekuruh tubuh untuk mencegah infeksi
dan alergi kulit pada bayi.
·
Membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air.
·
Mengganti pembalut setiap kali darah sudah penuh atau
minimal 2 kali dalam sehari.
·
Mencuci tangan dengan sabun dan air setiap kali selesai
membersihkan daerah kemaluan.
·
Jika mempunyai luka episiotomi, hindari utnuk menyentuh
daerah luka.
5.
Istirahat
Ibu post partum sangat membutuhkan istirahat yang berkualitas untuk
memulihkan kembali keadaan fisiknya.
6.
Seksual
Secara fisik aman untuk melakukan hubungan begitu darah merah
berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya ke dalam vagina tanpa
rasa nyeri.
7.
Latihan atau Senam Nifas
Latihan senam nifas di lakukan seawal mungkin dengan catatan ibu
menjalani persalinan dengan normal dan tidak ada penyulit post partum. Manfaat
senam nifas melancarkan sirkulasi darah, mengembalikan kekuatan otot perut dan
panggul, mengurangi keluhan sakit punggung.
2.1.7 Tindak lanjut asuhan
masa nifas dirumah
1.
6 hari post partum
Biasanya pada periode 6 hari post partum, pasien yang datang ke
fasilitas pelayanan kesehatan untuk memeriksakan kesehatan dirinya sekaligus
bayinya.
2.
2 minggu post partum
Dalam kunjungan ini, bidan perlu mengevaluasi ibu dan bayi.
Pengkajian terhadap ibu meliputi :
·
Persepsi tentang persalinan dan kelahiran
·
Kondisi payudara
·
Asupan makanan
·
Nyeri, kram abdomen
·
Adanya hemoroid
·
Tingkat aktivitas saat ini
·
Respon ibu terhadap bayi
Pengkajian terhadap bayinya meliputi :
· Bagaimana dengan suplai ASI nya
· Pola berkemih dan buang air besar
· Warna kulit bayingkeadaan tali pusat
· Keadaan genital
3. 6 minggu post
partum
Pengkajian melalui anamnesa seperti pada
kunjungan 2 minggu post partum di tambah permulaan hubungan seksual, metode KB
yang di inginkan, riwayat KB yang lalu, adanya gejala demam, keadaan payudara,
fungsi perkemihan,latihan pengencangan otot perut.
2.1.8 Komplikasi masa nifas
Komplikasi masa nifas biasanya jarang di temukan selama pasien
mendapatkan asuhan yang berkualitas , mulai dari masa kehamilan sampai dengan
persalinannya. Beberapa kemungkinan komplikasi masa nifas yang meliputi :
·
Pendarahan per vaginam
·
Robekan jalan lahir
·
Retensio plasenta
·
Tertinggalnya masa nifas
·
Inversio uteri
2.2 Ketuban Pecah dini
2.2.1 pengertian
Ketuban
Pecah Dini ( amniorrhexis – premature rupture of the membrane PROM )
adalah pecahnya selaput korioamniotik sebelum terjadi proses persalinan. Secara
klinis diagnosa PRM ditegakkan bila
seorang ibu hamil mengalami pecah selaput ketuban dan dalam waktu satu jam
kemudian tidak terdapat tanda awal persalinan, dengan demikian untuk
kepentingan klinis waktu 1 jam tersebut merupakan waktu yang disediakan untuk
melakukan pengamatan adanya tanda-tanda awal persalinan. Bila terjadi pada
kehamilan < 37 minggu maka peristiwa tersebut disebut PRM Preterm (PPROM = preterm premature rupture
of the membrane - preterm amniorrhexis.
Arti klinis Ketuban Pecah Dini adalah :
- Bila bagian terendah janin masih belum masuk pintu atas panggul maka kemungkinan terjadinya prolapsus talipusat atau kompresi talipusat menjadi besar.
- Peristiwa PRM yang terjadi pada primigravida hamil aterm dengan bagian terendah yang masih belum masuk pintu atas panggul seringkali merupakan tanda adanya gangguan keseimbangan feto pelvik..
- PRM seringkali diikuti dengan adanya tanda-tanda persalinan sehingga dapat memicu terjadinya persalinan preterm dengan segala akibatnya.
- Peristiwa PRM yang berlangsung lebih dari 24 jam ( prolonged rupture of membrane) seringkali disertai dengan infeksi intrauterine dengan segala akibatnya.
- Peristiwa PRM dapat menyebabkan oligohidramnion dan dalam jangka panjang kejadian ini akan dapat menyebabkan hilangnya fungsi amnion bagi pertumbuhan dan perkembangan janin.
2.2.2 Epidemiologi
Beberapa penelitian
melaporkan insidensi PRM berkisar antara 8 – 10 %
dari semua kehamilan. Hal ini menunjukkan, PRM lebih banyak terjadi pada kehamilan yang cukup bulan dari pada yang kurang bulan, yaitu sekitar 95 %, sedangkan pada kehamilan tidak cukup bulan atau PRM pada kehamilan preterm terjadisekitar 34 % semua kelahiran prematur.
PRM merupakan komplikasi yang
berhubungan dengan kehamilan kurang bulan, dan mempunyai kontribusi yang besar pada angka kematian perinatal
padabayi yang kurang bulan. Pengelolaan PRM pada kehamilan kurang dari 34 minggu
bertujuan untuk menghilangkan
kemungkinan terjadinya prematuritas dan Respiratory
Distress Syndrom (RDS).
2.2.3 Etiologi
Etiologi
terjadinya ketuban pecah dini tidak jelas dan tidak dapat ditentukan secara
pasti. Beberapa laporan menyebutkan faktor-faktor yang berhubungan erat dengan PRM , namun faktor-faktor mana
yang lebih berperan sulit diketahui. Kemungkinan yang menjadi faktor predesposisi adalah :
1. Infeksi yang terjadi secara langsung
pada selaput ketuban maupun ascenden dari vagina atau infeksi pada cairan
ketuban bisa menyebabkan terjadinya PRM . Penelitian menunjukkan infeksi sebagai penyebab utama ketuban pecah dini.
2.
Servik yang inkompetensia, kanalis sevikalis yang
selalu terbuka oleh karena kelainan pada serviks uteri (akibat
persalinan, kuretase).
3.
Tekanan intra uterin yang meningkat secara berlebihan
(overdistensi uterus) misalnya tumor, hidramnion, gemelli.
4. Trauma oleh beberapa ahli disepakati
sebagai faktor predisposisi atau penyebab terjadinya PRM. Trauma yang didapat misalnya
hubungan seksual, pemeriksaan dalam, maupun amniosintesis menyebabkan
terjadinya PRM
karena biasanya
disertai infeksi
5.
Kelainan letak misalnya lintang, sehingga tidak ada
bagian terendah yang menutupi pintu atas panggul (PAP) yang dapat menghalangi
tekanan terhadap membran bagian bawah.
6.
Keadaan sosial ekonomi yang berhubungan dengan
rendahnya kualitas perawatan antenatal, penyakit menular seksual misalnya
disebabkan oleh Chlamydia trachomatis dan Neisseria gonorrhoeae.
7. Faktor lain yaitu:
- Faktor disproporsi
antar kepala janin dan panggul ibu
- Faktor multi
graviditas, merokok dan perdarahan antepartum
- Defisiensi gizi
dari tembaga dan vitamin C
2.2.4. Klasifikasi
Berdasarkan penyebabnya PROM dibagi menjadi :
- PROM Spontan; terjadi karena lemahnya selaput ketuban atau kurang terlindungi karena cervix terbuka (incompetent cervical)
- PROM dengan penyebab sebelumnya; dapat terjadi karena adanya trauma jatuh, coitus, hidramnion, infeksi, dll.
2.2.5 Patofisiologi
Ketuban Pecah dalam persalinan
secara umum disebabkan oleh kontraksi uterus dan peregangan berulang. Selaput
ketuban pecah karena pada daerah tertentu terjadi perubahan biokimia yang
menyebabkan selaput ketuban inferior rapuh,bukan kerana seluruh selaput ketuban
rapuh.
Terdapat keseimbangan antar sintesis
dan degradasi ekstraseluler matriks. Perubahan struktur,jumlah sel dan
katabolisme kolagen menyebabkan aktivitas kolagen berubah dan menyebabkan
selaput ketuban pecah.
Degradasi kolagen dimediasi oleh
matriks metaloproteinase (MMP) yang dihambat oleh inhibitor jaringan spesifik
dan inhibitor protease. Aktivitas degradasi preteolitik ini meningkat menjelang
persalinan. Selaput ketuban sangat kuat pada kehamilan muda. Pada trimester
ketiga selaput ketuban mudah pecah. Melemahnya kekuatan selaput ketuban ada
hubungannya dengan pembesaran uterus, kontraksi rahim, dan gerakan janin. Pada
trimester terakhir terjadi perubahan biokimia pada selaput ketuban. Pecahnya
ketuban pada kehamilan aterm merupakan hal fisiologis. Ketuban pecah dini pada
kehamilan prematur disebabkan oleh adanya faktor-faktor eksternal, misalnya
infeksi yang menjalar dari vagina. Ketuban pecah dini prematur sering terjadi
pada polihidramnion, inkompeten serviks, solusio plasenta.
2.2.6. Faktor Resiko
- Faktor Resiko Mayor
-
Multiple gestasional
-
Hidramnion
-
Anomaly uterus
-
Cervics >1cm dalam kehamilan 32 minggu
-
Previous preterm delivery
-
Operasi perut pada saat hamil
-
Uterin irritability
-
Pemakaian kokain
2. Faktor Resiko Minor
-
Suhu tubuh tinggi
-
Perdarahan 12 minggu lebih
-
Merokok
-
Lebih dari 2× abortus
-
Bila didapatkan 1 atau lebih faktor mayor dan lebih
dari 2 faktor minor, maka termasuk beresiko tinggi terjadi PROM
2.2.7. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang tampak pada PROM adalah:
1.
Keluar air ketuban warna putih, keruh, kuning, hijau,
atau kecoklatan, sedikit-sedikit atau sekaligus banyak
2.
Dapat disertai demam bila sudah ada infeksi
3. Janin mudah diraba
4. Konsistensi rahim lebih keras
5.
Rahim lebih kecil jika dibandingkan dengan usia
kehamilan
6.
Pada periksa dalam selaput ketuban tidak ada, air
ketuban sudah kering.
7. Inspeksi : tampak air ketuban
mengalir, selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah kering.
2.2.8 Komplikasi
Komplikasi yang timbul
akibat Ketuban Pecah Dini bergantung pada usia kehamilan. Dapat terjadi infeksi maternal
ataupun neonatal.
- Persalinan Prematur
Setelah ketuban pecah
biasanya segera disusul oleh persalinan. Periode laten tergantung umur
kehamilan. Pada usia kehamilan aterm 90% terjadi dalam 24 jam setelah ketuban
pecah. Pada kehamilan 28-34 minggu 50% persalinan dalam 24 jam. Pada kehamilan kurang dari 26 minggu
persalinan terjadi dalam 1 minggu.
2.
Infeksi
Resiko infeksi ibu dan
anak meningkat pada Ketuban Pecah Dini. Pada ibu terjadi korioamnionitis. Pada
bayi dapat terjadi septikemia,pneumonia,omfalitis. Umumnya terjadi
korioamnionitis sebelum janin terinfeksi. Pada Ketuban Pecah Dini
premature,infeksi lebih sering daripada aterm.Secara umum insiden infeksi
sekunder pada Ketuban Pecah Dini meningkat sebanding dengan lamanya periode
laten.
3.
Hipoksia Dan Asfiksia
Dengan pecahnya ketuban terjadi oligohidramnion
yang menekan tali pusat hingga terjadi asfiksia atau hipoksia.Terdapat hubungan
antara terjadinya gawat janin dan derajat oligohidramnion, semakin sedikit air
ketuban janin maka semakin gawat.
4.
Sindroma Deformitas Janin
Ketuban Pecah Dini yang terjadi terlalu dini
menyebabkan pertumbuhan janin terhambat,kelainan disebabkan kompresi muka dan
anggota badan janin serta hipoplasi pulmonar.
2.2.9
Diagnosis
Menegakkan diagnosa KPD
secara tepat sangat penting. Karena diagnosa yang positif palsu berarti
melakukan intervensi seperti melahirkakn bayi terlalu awal atau melakukan
seksio yang sebetulnya tidak ada indikasinya. Sebaliknya diagnosa yang negatif
palsu berarti akan membiarkan ibu dan janin mempunyai resiko infeksi yang akan
mengancam kehidupan janin, ibu atau keduanya. Oleh karena itu diperlukan
diagnosa yang cepat dan tepat. Diagnosis KPD didasarkan pada anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan laboratorium. Diagnosa KPD ditegakkan dengan cara :
1.
Anamnesa
Penderitamerasa
basah pada vagina, ataumengeluarkancairan yang banyaksecaratiba-tibadari jalan
lahir, terus menerus atau tidak.
Cairanberbaukhas, dan perlu juga diperhatikan warnakeluanya
cairantersebut, his belum teratur atau belum ada, dan belum ada pengeluaran
lender darah. Dari
anamnesis 90% sudah dapat mendiagnosa KPD secara benar.
2.
Pemeriksaanfisik
Periksa
tanda-tanda vital pasien yaitu kesadaran, tekanan darah, nadi, pernafasan dan
suhu badan. Apakah ada tanda infeksi, seperti suhu badan meningkat dan nadi
cepat
3.Inspeksi
Pengamatan dengan mata biasa
akan tampak keluarnya cairan dari vagina, bila ketuban baru pecah dan
jumlah air ketuban masih banyak, pemeriksaan ini akan lebih jelas.
4.Pemeriksaan
dengan spekulum.
Pemeriksaan inspekulo secara
steril merupakan langkah pemeriksaan pertama terhadap kecurigaan PRM . Pemeriksaan dengan
spekulum pada PRM akan tampak keluar cairan dari
orifisium uteri eksternum (OUE), kalau belum juga tampak keluar, fundus uteri
ditekan, penderita diminta batuk, megejan atau lakukan manuver valsava, atau
bagian terendah digoyangkan, akan tampak keluar cairan dari ostium uteri dan
terkumpul pada forniks anterior/posterior.
5.Pemeriksaan dalam
Didapat cairan di dalam
vagina dan selaput ketuban sudah tidak ada lagi. Mengenai pemeriksaan dalam
vagina dengan tocher perlu dipertimbangkan, pada kehamilan yang kurang bulan
yang belum dalam persalinan tidak perlu diadakan pemeriksaan dalam karena pada
waktu pemeriksaan dalam, jari pemeriksa akan mengakumulasi segmen bawah rahim
dengan flora vagina yang normal. Mikroorganisme tersebut bisa dengan cepat
menjadi patogen. Pemeriksaan dalam vagina hanya dilakukan kalau PRM yang sudah dalam persalinan atau yang
dilakukan induksi persalinan, dan bila akan dilakukan penanganan aktif
(terminasi kehamilan), dan dibatasi sedikit mungkin.
6.Pemeriksaan
Penunjang
·
Pemeriksaan laboraturium
Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa :
warna, konsentrasi, bau dan pH nya. Cairan yang keluar dari vagina ini kecuali
air ketuban mungkin juga urine atau sekret vagina.
1.Tes Lakmus (tes
Nitrazin).
yaitu dengan memeriksa
kadar keasaman cairan vagina. Kertas mustard emas yang sensitive, pH ini akan
berubah menjadi biru tua pada keberadaan bahan basa. pH normal vagina selama
kehamilan adalah 4,5-5,5, pH cairan amniotik adalah 7-7,5. Tempatkan sepotong
kertas nitrazin pada mata pisau spekulum setelah menarik spekulum dari vagina,
jika kertas lakmus merah berubah menjadi biru menunjukkan adanya air ketuban
(alkalis). Darah dan infeksi vagina dapat menghasilkan tes yang positif palsu.
2.Mikroskopik (tes pakis),
Dengan meneteskan air ketuban pada gelas
objek dan dibiarkan kering. Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan gambaran daun pakis.
·
Pemeriksaan
ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan ini
dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam kavum uteri. Pada kasus
KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit. Namun sering terjadi kesalahan
pada penderita oligohidromnion.
2.2.10 Penatalaksanaan
Ketuban
pecah dini termasuk dalam kehamilan beresiko tinggi. Kesalahan dalam mengelola PRM akan membawa akibat
meningkatnya angka morbiditas dan mortalitas ibu maupun bayinya.
Kasus PRM yang cukupbulan, kalau segera mengakhiri kehamilan
akan menaikkan insiden si bedah sesar, dan kalau menunggu persalinan spontan
akan menaikkan insidensi chorioamnionitis. Kasus PRM yang kurang
bulan kalau menempuh cara-cara aktif harus dipastikan bahwa tidak akan terjadi RDS, dan kalau menempuh cara
konservatif dengan maksud untuk member waktu pematangan paru, harus bias
memantau keadaan janin dan infeksi yang akan memperjelek prognosis janin.
Penatalaksanaan PRM tergantung
pada umur kehamilan. Kalau umur kehamilan tidak diketahui secara pasti
segeradilakukan pemeriksaan ultrasonografi (USG) untuk mengetahui umur
kehamilan dan letak janin. Resiko yang lebih sering pada PRM dengan janin kurang bulan adalah RDS
dibandingkan dengan sepsis.
Olehkarenaitupadakehamilankurangbulanperluevaluasihati-hatiuntukmenentukanwaktu
yang optimal untukpersalinan.Padaumurkehamilan 34
mingguataulebihbiasanyaparu-parusudahmatang, chorioamnionitis yang diikutidengan
sepsis pada janin merupakan sebab utama
meningginya morbiditas dan mortalitas Janin.
Padakehamilancukup bulan, infeksi janin langsung
berhubungan dengan lama pecahnya selaput ketuban atau lamanya perodelaten.
Kebanyakanpenulissepakatmengambil 2 faktor yang harus
dipertimbangkan dalam mengambil sikap atau tindakan terhadap penderita PRM yaitu umur kehamilan dan ada tidaknya
tanda-tanda infeksi pada ibu.
1.
Penatalaksanaan
PRM padakehamilanaterm (> 37 Minggu)
Beberapa penelitian menyebutkan lama periode laten dan
durasi PRM keduanya mempunyai hubungan yang bermakna dengan peningkatan
kejadian infeksi dan komplikasi lain dari PRM . Jarak antara pecahnya ketuban dan permulaan dari
persalinan disebut periode latent = L.P = “lag” period. Makin muda umur kehamilan
makin memanjang L.P-nya.
Pada hakekatnya kulit
ketuban yang pecah akan menginduksi persalinan dengan sendirinya. Sekitar 70-80
% kehamilan genap bulan akan melahirkan dalam waktu 24 jam setelah kulit ketuban pecah, bila dalam 24 jam setelah kulit ketuban pecah belum ada tanda-tanda persalinan maka dilakukan induksi persalinan, dan bila gagal dilakukan bedah caesar.
Pemberian antibiotic profilaksis dapat menurunkan infeksi pada ibu.Walaupun antibiotic tidak berfaedah
terhadap janin dalam uterus namun pencegahan terhadap chorio amninitis lebih penting
dari pada pengobatannya sehingga pemberian antibiotic profilaksis perlu dilakukan.
Waktu pemberian antibiotic hendaknya diberikan segera setelah diagnosis PRM ditegakan dengan pertimbangan : tujuan
profilaksis, lebih dari 6 jam kemungkinan infeksi telah terjadi, proses
persalinan umumnya berlangsung lebih dari 6 jam. Beberapa penulis menyarankan bersikap aktif (induksi persalinan) segera diberikan atau ditunggu sampai 6-8 jam
dengan alasan penderita
2.3. Letak sunsang
2.3.1 Pengertian
Letak sungsang adalah letak memanjang dengan
bokong sebagai bagian yang terendah (presentase bokong). Letak sungsang dibagi
sebagai berikut :
1. Letak sungsang murni yaitu bokong saja yang
menjadi bagian depan sedangkan kedua tungkai lurus keatas.
2. Letak bokong kaki.
3. Letak lutut.
4. Letak kaki.
Frekuensi letak sungsang murni lebih tinggi pada
kehamilan muda dibanding kehamilan tua dan multigravida lebih banyak
dibandingkan dengan primigravida.
2.3.2. Etiologi
Adapun penyebab letak
sungangyaitu
:
1.
Prematuritas karena bentuk rahim relative kurang
lonjong, air ketuban masih banyak dan kepala anak relative besar.
2.
Kelainan bentuk kepala seperti hiydrocepalus,
anencephalus, karena kepala kurang sesuai dengan bentuk pintu atas panggul.
3.
Janin mudah bergerak,seperti pada
hidramnion, multipara, janin kecil (prematur).
4.
Gemeli (kehamilan ganda).
5.
Plasenta previa karena menghalangi turunnya kepala ke
dalam pintu atas panggul.
6.
Kelainan uterus, seperti uterus
arkuatus ; bikornis, mioma uteri.
7.
Panggul sempit, walaupun panggul sempit sebagai sebab
letak sunsang masih di sangsikan oleh berbagai penulis.
8.
Janin sedah lama mati.
9.
Sebab yang tidak diketahui.
2.3.3Klasifikasi
1.
Letak bokong (Frank Breech). Letak bokong dengan
kedua tungkai terangkat keatas (75 %).
2.
Letak sungsang sempurna (Complete
Breech)
Letak bokong dimana kedua kaki ada disamping
bokong (letak bokong kaki sempurna / lipat kejang ).
Letak Sungsang tidak sempurna (incomplete Breech)
adalah letak sungsang dimana selain bokong bagian yang terendah juga kaki dan
lutut, terdiri dari :
·
Kadua kaki : Letak kaki sempurna.
·
Satu kaki : Letak kaki tidak sempurna.
·
Kedua lutut : Letak lutut sempurna.
·
Satu lutut : Letak lutut tidak
sempurna.
Posisi bokong ditentukan oleh sakrum, ada 4 posisi
:
1) Left sacrum anterior (sakrum kiri depan)
2) Right sacrum anterior (sakrum kanan depan)
3) Left sacrum posterior (sakrum kiri belakang)
4) Right sacrum posterior (sakrum kanan belakang)
2.3.4. Tanda dan
Gejala
1. Pergerakan anak terasa oleh ibu dibagian perut bawah
dibawah pusat dan ibu sering merasa benda keras (kepala) mendesak tulang iga.
2. Pada palpasi teraba bagian keras, bundar dan
melenting pada fundus uteri.
3. Punggung anak dapat teraba pada salat satu sisi
perut dan bagian-bagian kecil pada pihak yang berlawanan. Diatas sympisis
teraba bagian yang kurang budar dan lunak.
4. Bunyi jantung janin terdengar pada punggung anak
setinggi pusat.
2.3.5 Diagnosis
1. Palpasi
Kepala teraba di fundus, bagian bawah bokong ,dan
punggung dikiri atau kanan.
2. Auskultasi
DJJ paling jelas terdengar pada tempat yang lebih
tinggi dari pusat.
3. Pemeriksaan dalam
Dapat diraba os sakrum, tuber ischii, dan anus,
kadang – kadang kaki (pada letak kaki).
·
Pemeriksaan
foto rontgen : bayangan kepala di fundus.
2.3.6 Patofisiologi
1. Hidramnion : anak mudah bergerak karena
mobilisasi
2. Plasenta Previa : Menghalangi kepala turun ke
panggul
3. Panggul Sempit : Kepala susah menyesuaikan ke
jalan lahir
2.3.7. Sebab – sebab kematian
bayi karena letak sunsang
Adapun yang menjadi
sebab tingginya angka kematian yang di sebabkan oleh letak sunsang yaitu :
- Setelah pusat lahir, maka kepala anak mulai masuk ke dalam rongga panggul, sehingga tali pusat tertekan antara kepala dan rongga panggul. Diduga bahwa kepala harus lahir dalam 8 menit sesudah pusat lahir sepaya anak dapat lahir dengan selamat.
- Pada letak sunsang dapat terjadi perdarahan otak karena kepala dilahirkan dengan cepat.
- Dapat terjadi kerusakan dari tulang belakang karena tarikan pada badan anak.
- Pada letak sunsang lebih sering terjadi prolapsus foeniculi, karena bagian depan kurang baik menutup bagian bawah rahim.
Selain dari itu
karena pertolongan mungkin terjadi fraktur dari humerus atau clavikula,
paralyse lengan karena tekanan atau tarikan pada flexus brachialis.
2.3.8. Penatalaksanaan
1. Sewaktu Hamil
Yang terpenting ialah usaha untuk
memperbaiki letak sebelum persalinan terjadi dengen versi luar. Tehnik :
a. Sebagai persiapan :
ü Kandung kencing harus dikosongkan.
ü Pasien ditidurkan terlentang.
ü Bunyi jantung anak diperiksa dahulu.
ü Kaki dibengkokan pada lutut dan pangkal paha
supaya dinding perut kendor.
b. Mobilisasi : bokong dibebaskan dahulu.
c. Sentralisasi : kepala dan bokong anak dipegang dan
didekatkan satu sama lain sehingga badan anak membulat dengan demikian anak
mudah diputar
d. Versi : anak diputar sehingga kepala anak terdapat
dibawah. Arah pemutaran hendaknya kearah yang lebih mudah yang paling sedikit
tekanannya. Kalau ada pilihan putar kearah perut anak supaya tidak terjadi
defleksi. Setelah versi berhasil bunyi jantung anak diperiksa lagi dan kalau
tetap buruk anak diputar lagi ketempat semula.
e. Setelah berhasil pasang gurita, observasai tensi,
DJJ, serta keluhan.
2. Pimpinan
Persalinan
a. Cara berbaring
ü Litotomi sewaktu inpartu.
ü Trendelenburg
b.
Melahirkan
bokong :
ü Mengawasi sampai lahir spontan.
ü Mengait dengan jari.
ü Mengaik dengan pengait bokong.
ü Mengait dengan tali sebesar kelingking.
c.
Ekstraksi
kaki
Ekstraksi pada kaki lebih mudah. Pada
letak bokong janin dapat dilahirkan dengan cara vaginal atau abdominal (seksio
sesarea)
3. Cara Melahirkan Pervaginam
Terdiri dari partus spontan ( pada
letak sungsang janin dapat lahir secara spontan seluruhnya) dan manual aid
(manual hilfe). Waktumemimpin partus dengan letak sungsang harus diingat bahwa ada 2 fase :
Fase I : fase menunggu
Sebelum bokong lahir seluruhnya, kita hanya
melakukan observasi. Bila tangan tidak menjungkit ka atas (nuchee arm),
persalinan akan mudah. Sebaiknya jangan dilakukan ekspresi kristeller,karena
hal ini akan memudahkan terjadinya nuchee arm
Fase II : fase untuk bertindak cepat.
Bila badan janin sudah lahir sampai pusat, tali
pusat akan tertekan antara kepala dan panggul, maka janin harus lahir dalam
waktu 8 menit.Untuk mempercepatnya lahirnya janin dapat dilakukan manual aid.
Jenis Persalinan
Untuk memilih
jenis persalinan pada letak sungsang Zatuchni dan Andros telah membuat suatu
indeks prognosis untuk menilai apakah persalinan dapat dilahirkan pervaginam
atau perabdominan. Jika nilai kurang atau sama dengan 3 dilakukan persalinan
perabdominan, jika nilai 4 dilakukan evaluasi kembali secara cermat, khususnya
berat badan janin; bila nilai tetap dapat dilahirkan pervaginam, jika nilai
lebih dari 5 dilahirkan pervaginam.
ALARM memberikan
kriteria seleksi untuk partus pervaginam yaitu jenis letak sungsang adalah
frank atau bokong komplit, kepala fetus tidak hiperekstensi dan taksiran berat
janin 2500-3600 gram serta tindakan augmentasi dan induksi persalinan
diperbolehkan pada janin letak sungsang.
Prinsip Dasar Persalinan
Sungsang
Persalinan pervaginam :
1. Persalinan spontan; janin
dilahirkan dengan kekuatan dan tenaga ibu sendiri. Cara ini disebut Bracht.
2. Manual aid (partial breech
extraction); janin dilahirkan sebagian dengan tenaga dan kekuatan ibu dan
sebagian lagi dengan tenaga penolong.
3. Ektraksi sungsang (total
breech extraction); janin dilahirkan seluruhnya dengan memakai tenaga penolong.
4.
Persalinan
perabdominan (sectio caesaria).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar